kumpulan cerita anak mendidiik
Keledai dan Garam Muatannya
Seorang
pedagang, menuntun keledainya untuk melewati sebuah sungai yang dangkal.
Selama ini mereka telah melalui sungai tersebut tanpa pernah mengalami satu pun
kecelakaan, tetapi kali ini, keledainya tergelincir dan jatuh ketika mereka
berada tepat di tengah-tengah sungai tersebut. Ketika pedagang tersebut
akhirnya berhasil membawa keledainya beserta muatannya ke pinggir sungai dengan
selamat, kebanyakan dari garam yang dimuat oleh keledai telah meleleh dan larut
ke dalam air sungai. Gembira karena merasakan muatannya telah berkurang
sehingga beban yang dibawa menjadi lebih ringan, sang Keledai merasa sangat
gembira ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Pada
hari berikutnya, sang Pedagang kembali membawa muatan garam. Sang Keledai yang
mengingat pengalamannya kemarin saat tergelincir di tengah sungai itu, dengan
sengaja membiarkan dirinya tergelincir jatuh ke dalam air, dan akhirnya dia
bisa mengurangi bebannya kembali dengan cara itu. Pedagang yang merasa marah,
kemudian membawa keledainya tersebut kembali ke pasar, dimana keledai tersebut
di muati dengan keranjang-keranjang yang sangat besar dan berisikan spons.
Ketika mereka kembali tiba di tengah sungai, sang keledai kembali dengan
sengaja menjatuhkan diri, tetapi pada saat pedagang tersebut membawanya ke
pinggir sungai, sang keledai menjadi sangat tidak nyaman karena harus dengan
terpaksa menyeret dirinya pulang kerumah dengan beban yang sepuluh kali lipat
lebih berat dari sebelumnya akibat spons yang dimuatnya menyerap air
sungai.
Katak dan Tikus
Ketika seekor
tikus muda yang mencari petualangan baru, berjalan menyusuri pinggiran kolam di
mana di kolam tersebut tinggallah seekor katak. Saat katak tersebut melihat
tikus, dia berenang menuju ke tepi kolam dan berkata: "Maukah kamu
mengunjungi saya? Saya berjanji kamu akan senang." Sang Tikus tidak
berpikir panjang lagi, karena dia sangat ingin berpetualang ke seluruh dunia
dan melihat segala yang ada di dunia. Tetapi walaupun dia bisa berenang
sedikit, dia tidak berani untuk masuk dan berenang di kolam tanpa bantuan.
Sang
katak memiliki akal, agar sang Tikus bisa yakin bahwa katak akan dapat selalu
membantu sang Tikus saat berenang di kolam, dia mengikat kaki tikus tersebut ke
kakinya sendiri dengan seutas tali. Lalu dia melompat ke dalam kolam, sambil
menarik teman jalannya yang bodoh bersamanya.Sang tikus yang terbawa-bawa
berenang bersama katak akhirnya merasa cukup dan ingin kembali ke pinggiran
kolam; tetapi sang Katak yang jahat memiliki rencana lain. Dia kemudian menarik
Sang Tikus masuk ke dalam air dan menenggelamkannya sehingga meninggal. Tetapi
sebelum sempat melepaskan tali yang mengikat dia dengan tikus yang telah
meninggal, seekor elang terbang menyambar ke bawah, menangkap tikus dan
membawanya pergi, bersama Sang Katak yang tergantung-gantung pada kaki tikus.
Saat itulah, Sang Elang sadar bahwa dengan sekali sambar mendapatkan dua
makanan sekaligus untuk makan siangnya. Siapa
yang menyakiti orang lain, sering mendapatkan ganjaran atas kelicikannya.
Serigala Berbulu Domba
Seekor
serigala, tidak pernah mendapatkan makanan yang cukup karena penggembala domba
selalu mengawasi domba-dombanya dengan teliti. Hingga suatu malam, serigala
tersebut menemukan sebuah kulit domba yang dibuang di jalan. Hari berikutnya,
dengan memakai kulit dan bulu domba, sang Serigala menyusup masuk ke kawanan
domba dan dengan mudahnya dia bisa memangsa domba yang masih kecil.
Pada
malam harinya, sang Serigala ikut bersama kawanan domba untuk masuk ke dalam
kandang. Tetapi saat sang Gembala menggiring dombanya untuk masuk, dia
menyadari bahwa ada seekor serigala yang menyusup masuk dengan memakai kulit
dan bulu domba. Saat itulah sang Serigala menerima ajalnya di tangan sang
Gembala. Orang yang berbuat jahat
pasti akan ketahuan dan menerima hukuman.
Tikus Kota dan Tikus Desa
Seekor
tikus kota suatu ketika berkunjung ke teman sekaligus kerabatnya yang tinggal
di pedesaan. Sebagai makan siang, tikus desa menyediakan gandum, akar-akaran,
kacang-kacangan dan air dingin sebagai minuman pelepas dahaga. Tikus kota makan
dengan sangat sopannya, mencicipi sedikit ini dan itu, dan tingkah lakunya yang
sopan saat memakan makanan yang sederhana itu, cukup jelas terlihat sebagai
basi-basi saja.
Setelah
makan, kedua tikus berbincang-bincang cukup panjang, tikus kota menceritakan
tentang kehidupan di kota, sedangkan tikus desa mendengarkan ceritanya. Mereka
berdua akhirnya tidur dengan tenang dan nyaman di sarang yang nyaman di antara
semak-semak dan pepohonan sampai pagi hari. Dalam tidurnya, tikus desa bermimpi
bahwa dia adalah seekor tikus kota dengan segala kemewahan dan keindahan
kehidupan kota seperti yang temannya ceritakan tadi siang. Sehingga saat hari
berikutnya ketika tikus kota mengajak tikus desa untuk berkunjung ke rmahnya di
kota, dengan senang tikus desa mengiyakannya.
Ketika
mereka mencapai rumah besar di mana tikus kota tersebut tinggal, mereka
menemukan meja ruang makan penuh dengan makanan sisa yang lezat. Di atas meja
tersebut mereka mendapatkan manisan, agar-agar, keju yang lezat, semua jenis
makanan yang menggoda yang pernah dibayangkan oleh sang Tikus. Tetapi saat
tikus desa akan mencicipi sedikit makanan, dia mendengar seekor kucing yang
mengeong keras sambil menggaruk-garuk pintu dengan cakarnya. Dalam rasa takut
yang sangat besar, tikus-tikus tersebut berlari sembunyi dan berdiam diri untuk
waktu yang lama, seolah-olah bernapas pun mereka takut. Ketika akhirnya mereka
bisa kembali ke meja makan, pintu terbuka tiba-tiba dan masuklah pelayan untuk
membersihkan meja, diikuti oleh seekor anjing rumah.
Tikus desa singgah di sarang tikus
kota sebentar hanya untuk mengambil tas dan payungnya.
"Kamu
mungkin memiliki kemewahan dan segala sesuatu yang lezat yang tidak saya
miliki," kata tikus desa sambil beranjak pergi tergesa-gesa, "Tetapi
saya lebih memilih makanan dan kehidupan sederhana di desa dengan segala
kedamaian dan ketenangan di sana."
Kehidupan
sederhana yang aman lebih baik dibandingkan kehidupan mewah yang dikelilingi
oleh rasa takut dan ketidak-pastian.
Burung Lark yang Bersarang di Ladang Gandum
Seekor burung Lark (*burung jenis ini, tidak membangun
sarangnya di pohon, tetapi di permukaan tanah) membangun sarangnya di permukaan
tanah pada suatu ladang gandum. Seiring dengan berjalannya waktu, gandum ini
tumbuh makin tinggi, begitu pula dengan anak-anak burung Lark yang tumbuh makin
kuat. Suatu hari, ketika biji-biji gandum yang terlihat kuning keemasan
terayun-ayun saat tertiup angin, sang Petani dan anaknya datang
ke ladang tersebut.
"Gandum ini telah siap untuk
kita panen," kata sang Petani. "Kita harus memanggil
tetangga-tetangga dan teman-teman untuk membantu kita memanennya."
Anak-anak
burung Lark yang masih muda dan kebetulan mendengar pembicaraan tersebut
menjadi takut, karena mereka mengerti bahwa hidup mereka berada dalam keadaan
bahaya apabila mereka tidak pindah dari sarangnya saat para pemanen datang.
Ketika induk burung datang membawakan mereka makanan, mereka langsung
menceritakan apa yang telah mereka dengarkan. "Janganlah takut
anak-anakku," kata sang Induk Burung. "Jika petani mengatakan akan
memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya mengerjakan
pekerjaannya, gandum-gandum ini tidak akan dipanen dalam waktu dekat.
Beberapa
hari kemudian, gandum-gandum di ladang menjadi sangat matang, dan disaat angin
bertiup menggoyangkan batangnya, beberapa butir biji gandum jatuh bertaburan di
atas kepala burung Lark yang masih muda.
"Jika gandum ini tidak kita
panen dalam waktu dekat," kata sang Petani, "kita akan kehilangan
setengah dari hasil panen. Kita tidak dapat menunggu datangnya bantuan dari
teman-teman kita. Besok kita harus memulai pekerjaan kita, tanpa bantuan orang
lain." Ketika burung Lark muda memberi tahu induknya tentang segala
sesuatu yang mereka dengar dari sang Petani, Induknya berkata: Kalau begitu,
kita harus meninggalkan sarang ini secepatnya. Saat seorang manusia mengambil
keputusan untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri tanpa tergantung pada orang
lain, yakinlah bahwa mereka tidak akan menunda pekerjaannya lagi."
Sore
itu juga, semua anak-anak burung mengepak-ngepakkan sayapnya dan mencoba untuk
terbang, dan saat matahari terbit pada keesokan harinya, Petani dan
anak-anaknya mulai bekerja memotong dan memanen gandum yang telah matang. Di
ladang gandum tersebut, mereka menemukan sebuah sarang burung Lark yang telah
kosong dan ditinggalkan oleh penghuninya. Bekerja sendiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain, adalah
hal yang terbaik.
kumpulan cerita anak mendidiik
Reviewed by SDN BENDO
on
07:53
Rating:
No comments